”AKU tumbuh di New Jersey, terlahir dengan nama David Seth Kotkin, 16 September 1956. Ibuku pegawai asuransi dan ayahku memiliki toko pakaian untuk pria. Sebelum aku remaja, aku kira sungguh keren kalau aku bisa menjadi ahli berbicara dengan perut (ventriloquist).
Jadi, aku pergi ke toko yang menjual perlengkapan untuk ventriloquist. Dan ternyata, toko itu juga menjual perlengkapan sulap. Akhirnya, aku tidak jadi membeli perlengkapan untuk ventriloquist. Aku malah beli perlengkapan sulap. Sejak saat itulah, aku belajar menjadi pesulap,” demikian papar David saat menceritakan bagaimana awalnya dia menjadi seorang ilusionis.
Dari cerita David, ada hal yang menarik. Tak semua ilusionis atau magician itu mengawali karier mereka lewat ketertarikan masa kecil. Ada pula yang tertarik karena kebetulan dan ketidaksengajaan. Namun, ketidaksengajaan itu justru membuahkan hasil yang tak pernah dia sangka sebelumnya. Setelah membeli perlengkapan sulap, David melupakan keinginan untuk menjadi ventriloquist.
Dia justru lebih tertarik mempelajari seni sulap.Ternyata, dia begitu menikmati dan menemukan bahwa dia punya bakat untuk maju dalam dunia persulapan. Kecepatannya dalam menyerap pelajaran dan trik sulap yang dia pelajari sendiri, sangat memb a n t u nya dalam membangun karier awalnya. Pada usia 12 tahun, David sudah bisa memulai dan memiliki sendiri show tunggalnya.
Saat itu banyak yang mengakui, kalau bocah itu memiliki bakat besar dan permainannya begitu cemerlang, tak kalah dari pesulap yang usianya sudah lebih matang. Empat tahun melakukan show tunggal dan terus melatih kepiawaiannya dalam sulap, bakat dan sepak terjang David menarik Society of American Magician (Masyarakat Pesulap Amerika).Dia lantas ditarik untuk masuk ke dalam lingkaran orang-orang pencinta seni ilusi dan manipulasi itu.
Selain itu, ketika dia berusia 16 tahun, David telah mengajar mata kuliah sulap di New York University. Ini menjadikan dia sebagai orang termuda yang pernah mengajar di universitas. Mengajar dan asyik show tunggal tak membuat David tertarik dengan seni lain. Pria yang memakai nama panggung David Copperfield setelah terinspirasi dari novel klasik karya Charles Dickens yang ditulis pada 1850, itu tertarik saat ditawari tampil dalam drama musikal berjudul The Magic Man.
Saat itu, David berusia 18 tahun. ”Saat ikut serta dalam drama musikal itu, aku harus melakukan pertunjukan sulap dan menyanyi. Makin lama durasi drama itu,makin lama pula aku memainkan sulap dan mereka ingin aku tidak banyak menyanyi.Aku rasa, aku tak berbakat menjadi penyanyi,”kenang David. Ketika show The Magic Man itu selesai, David meneruskan kuliahnya di Fordham University.
Namun, dia menghadapi masalah. Setelah drama musikal itu habis masa tayangnya, dia menganggur. Dia tidak punya uang dan terpaksa mengandalkan kiriman dari ayahnya untuk menyambung hidup. Beruntung,nasib buruknya itu berubah setelah setahun tak punya tujuan hidup yang jelas. ”Ketika show itu selesai, aku terpaksa kelaparan selama setahun di New York. Ayahku mengirimi uang agar aku bisa membayar sewa apartemen. Setiap hari aku duduk di apartemenku, mempelajari dan memperbaiki keterampilan sulapku sembari mencari musik yang tepat untuk pertunjukanku.
Aku mengetuk banyak pintu dan mengirim banyak rekaman video sulapku.Sampai suatu hari, aku ditelepon dan diminta menjadi host acara televisi. Saat itu aku baru berusia 19 tahun.Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar itu,”papar David. Showtelevisi pertamanya itu membawa David terbang ke Honolulu, Hawai, saat dia menjadi host acara sulap di Pagoda Hotel. Acara itu sukses dengan konsep penggabungan musik dengan sulap.Musiknya digarap Gershwin.
Sementara di panggung,David terinspirasi dengan duet Gene Kelly dan Fred Astaire. ”Saat itu aku merasa sangat keren. Aku pakai kalung besar,jaket mengkilap,dan potongan rambut yang buruk,” cetus David, tertawa. Show itu ternyata sukses besar. David pun sadar kalau dia harus tetap mempertahankan rating dengan memberikan pertunjukan dan trik spesial kepada penonton dan penggemar setianya. ”Jadi, aku pakai saja jaket mengkilap itu dan mempertahankan potongan rambutku yang jelek, lantas aku hilangkan sebuah pesawat terbang,”urainya.
Penggabungan antara atraksi spektakuler, penampilan panggung yang glamor, dan mendongeng saat tampil itulah yang sampai sekarang masih dipertahankan David. Dalam atraksi panggungnya, dia senantiasa menampilkan efek berupa asap, angin, juga wanita cantik. Bicara soal wanita, pada era 1990-an, David bertunangan dengan model cantik asal Jerman Claudia Schiffer. Hubungan kedua insan ini selalu menjadi santapan empuk media. Sayang, lima tahun setelah bertunangan, hubungan mereka bubar. Bubarnya hubungan itu justru menimbulkan rumor tak sedap.
Ada rumor yang menyebut kalau selama lima tahun bertunangan, David tidak pernah menyentuh Claudia (berhubungan seks).David juga disebut sebagai gay yang menyembunyikan identitasnya dengan tunangan ”kontrak” dengan Claudia. David dan Claudia membantah rumor itu. Pascaputus tunangan dengan Claudia, hingga kini belum diketahui siapa wanita yang dekat dengannya.
Copperfield memiliki Museum Internasional dan Perpustakaan Seni Sulap di Las Vegas, Nevada. Museum tersebut didirikan sebagai usaha Copperfield untuk melestarikan sejarah seni sulap, dan koleksi perangkat sulap antik, buku, dan benda-benda yang berkaitan dengan seni sulap.
http://blackjademagic.blogspot.com/2007/10/biography-singkat-david-copperfield.html
0 komentar:
Posting Komentar
tulis komentarnya yah...