Dui Montero, Master of The Impossible

Pertama kali mendengar kata Dui Montero pasti yang terbayang adalah aksi manipulasi kartu yang mengagumkan dan spektakuler, Di suatu kesempatan Sevenspade berhasil melakukan interview ekslusif dengan maestro Dui Montero via facebook, ternyata beliau adalah pribadi yang menyenangkan dan sangat peduli dengan perkembangan dunia sulap Indonesia,

The Great Cahyo, Pesulap Indonesia Pertama yang Mendapatkan Merlin Award

Awalnya saya tidak mengenal magician berjuluk The Great Cahyo ini, di suatu ketika saat googling dan menemukan website yang membahas tentang Merlin award .

Joe Thunder, Gurunya Master Limbad

Siapa sangka Pria kelahiran 28 Agustus 1971 ini adalah salah satu guru dari seorng master fakir magician Indonesia,Master Limbad. Mari kira kuak siapa sebenarnya magician yang berjuluk "Jenderal Magic" ini,.

Aldy Sungkar, The Manipulator

Magician Aldy Sungkar layak untuk diperhitungkan, selain prestasi yang membanggakan seperti pernah meraih 2nd Winner National Magic Championship 2006, Most Favorit Stage Magician 2007 dan The Best Magician Indonesia Magic Vaganza 2008. ,

Tara Kardha, The Lazerman

Seorang magician luar biasa, teaterikal kombinasikan dengan cahaya yang menyilaukan menciptakan penampilan yang sempurna dan mengagumkan di depan mata Anda,

Oge Arthemus, The Modern Houdini's

Indonesia patut berbangga diri, karena Indonesia pun memiliki seorang "modern houdinis" yang sudah banyak menampilkan atraksi atraksi menegangkan, dia adalah Oge Arthemus,

Ken, The Classic Fantasy Magician

Magician muda asal Jakarta ini menganut aliran Classic Fantasy. Dengan keahliannya bermain classic ditambah kemampuan theaterical, ia akan mengajak semua penonton masuk ke dalam dunia penuh fantasi.

Bow Vernon, The Pickpocket Magician

Apa yang akan terjadi di pikiran Anda ketika Anda mendengar kata "pencopet" atau "Pickpocket"? Seseorang yang menyelinap entah dari mana kemudian mencuri milik Anda?.

Dinno Vega, The Entertaint Magician

Siapa yang tidak kenal dengan Duo Dibor, hemh duet magician ini melejit namanya setelah tampil menjadi peserta di ajang pencarian bakat pesulap 'The Master' di salah satu stasiun TV swasta, duo yang terdiri dari Dinno Vega dan Boris Zorel ini menghadirkan sebuah hiburan dan sisi lain dari dunia sulap. .

Richard Rain, The Hallucionist

Halusinasi adalah persepsi berdasarkan pengalaman visual, pendengaran, penciuman atau pengecap tanpa stimulus eksternal dengan perasaan menarik dari realita mereka, biasanya akibat dari gangguan mental, penyalahgunaan obat-obatan, atau disebabkan oleh seorang hallucionist seperti Richard Rain .

Elisabeth Jeva, The Lady Hipnotism

Hipnotis adalah suatu kemampuan spesial yang dimiliki sesorang untuk mengeksplor alam bawah sadar seseorang, dan kemampuan ini tidak semua orang memilkinya karena perlu ketekunan serta kesabaran untuk mempelajarinya. Tapi siapa sangka ternyata ada sosok wanita cantik yang memiliki kemampuan hipnotis tersebut, dia adalah Elisabeth Jeva, kontestan the master asal Palembang ini memiliki kemampuan hipnotis seperti Master Romy Rafael. Metode hipnotisnya dinamakan ”Kiss of Death”.

Faro, The Cardician

Satu deck kartu yang biasa digunakan untuk permainan poker bisa digunakan untuk menjadi objek permainan sulap para pesulap dan ini memberikan pandangan baru bahwa katrtu bahwa kartu bukan hanya digunakan untuk berjudi pada umumnya tetapi kartu juga bisa digunakan menjadi sarana hiburan oleh para pesulap, dan salah satu pesulap berbakat Indonesia yang mahir mengolah kartu dalam permainan sulapnya adalah Faro.

Edy Kopi Tanpa Susu, Sosok di balik kesuksesan Uya Kuya

tapi siapa sangka karir sulap Uya Kuya ternyata didukung oleh orang orang disekitarnya, salah satunya adalah komedian Edy Kopi Tanpa Susu, siapa sangka bang Edy Kopi ini adalah seorng magician ?

Fabian Hosoi, The Funky Magician

adalah Fabian Hosoi, magician yang terkenal melalui ajang pencarian bakat magician ini memiliki karakterter sendiri dalam menampilkan pertunjukannya, dia memiliki sebutan The Funky Magician

Steve Marchello, The Great Entertainer Magician (Mr. Green)

Saat magician lain mengusung tema serta kostum yang serba hitam, magician ini berani memberi warna baru dalam seni sulap tanah air. Beliau lebih mengusung warna HIJAU sebagai identitas dirinya

Jennifer Aiko, The Beauty Bizzarist

Jennifer Aiko sebagai Bizzarist, Emh menarik sekali bukan seorng wanita cantik yang berkaraktir bizzarist? oleh karena itu themagicpost tertarik untuk ngobrol lebih dekat dan mengenal sosok Jenifer Aiko Lebih dekat

Kamis, 25 April 2013

Bow Vernon, Menghapus Perang di Kalangan Pesulap


Bow Vernon, street magic pickpocket specialist tembi Foto: dok.pribadi
Bow Vernon, prihatin dengan persaingan
yang tidak sehat diantara para pesulap

Ternyata sulap bisa jadi terapi membangkitkan rasa percaya diri meski baru bisa 1 trik. Itu yang dirasakan Bow Vernon. Sebelumnya, pemilik nama asli Aditya Aribawa itu bisa gemetaran jika harus bicara di depan umum, bahkan di depan teman-temannya sendiri.
 
Sekitar tahun 1994, saat liburan bersama keluarganya, Aditya Aribawa alias Bow Vernon makan di sebuah restoran. Di restoran itu ada seorang pesulap yang menghampiri setiap meja. Trik sulap kartu yang dimainkan di depan Bow dan keluarganya membuat Bow terheran-heran dan sangat ingin memiliki alat sulap. Bow sampai merengek-rengek pada mamanya untuk dibelikan alat sulap.
Begitu dibelikan kartu sulap, Bow tidak bosan-bosannya menunjukkan kebolehan pada teman-temannya di sekolah. Selama setahun Bow cuma bisa sulap 1 trik yang sama : menebak kartu yang diambil dan dikembalikan ke dalam tumpukan yang kemudian dikocok acak. Tanpa disadari, Bow lupa bahwa sebelumnya ia selalu grogi jika tampil di depan teman-temannya.

Selama setahun ilmu sulapnya nggak nambah-nambah karena dulu alat sulap belum mudah didapat. Bow sempat lupa dengan sulap selama lebih dari 5 tahun, sampai ketika duduk di kelas 3 SMA di SMAN 3, Jakarta.

Perhatiannya pada sulap kembali muncul karena ada acara Impresario di RCTI yang menampilkan pesulap Deddy Corbuzier. Kakaknya Bow yang bekerja di Indosat, pihak yang mensponsori acara itu, mengajak Bow nonton shooting acara tersebut. Bow sempat beberapa kali datang ke acara itu karena sangat tertarik dengan sosok sang pesulap.

Seorang teman Bow yang ternyata belajar sulap pada Deddy Corbuzier mengajaknya main ke rumah Deddy Corbuzier beberapa kali. Bow selalu terkagum-kagum dengan ruang dalam di rumah Deddy Corbuzier yang penuh dengan alat dan buku-buku pengetahuan sulap. Namun, Bow sama sekali tidak punya keberanian mencobanya, jangankan mencoba, mendekatpun Bow nggak punya nyali. Tiap kali datang ke rumah sang pesulap, Bow cuma berani duduk sambil mengagumi semuanya dari tempat ia duduk. Belakangan Bow baru tahu bahwa Deddy Corbuzier hanya mau mengajar kepada orang-orang yang nggak “nggratak” barang-barang sulapnya.
Bow Vernon,openstage magician tembi bantul Foto: dok.pribadi
Saling berbagi di “OpenStage”, ajang para pesulap yang digagas Bow Vernon
Mulai tahun 2000, ketika Bow masih kuliah di jurusan Ekonomi Trisakti, ia secara resmi tercatat sebagai murid pertama Deddy Corbuzier. Ia memilih menggunakan nama Bow Vernon karena ketertarikannya pada Dai Vernon, satu-satunya pesulap yang bergelar profesor. Setelah Bow, datanglah murid lain yaitu, Oge, Farou, Demian dan Decky. 

Selama hampir setahun, Bow bersama murid lainnya tidak hanya diajarkan trik sulap dan teater, tapi juga diwajibkan ngamen seminggu sekali di Roti Bakar EDDY, sebuah tempat nongkrong di daerah Blok M Jakarta Selatan. Kewajiban ini bikin Bow gelisah.

Karena penampilan mereka direkam oleh rekan mereka sendiri, Bow kena hukuman dari gurunya karena di sesi pertama itu Bow tidak unjuk kebolehan sama sekali, akibatnya Bow justru harus ngamen sendirian di minggu berikutnya.

Antara sebal dan bersyukur, pria kelahiran Jambi 24 Oktober 1982 itu sadar, cara yang diwajibkan itu adalah latihan terbaik untuk menguasai panggung di depan pemirsa.

Semakin banyak muridnya, tahun 2003 Deddy Corbuzier membentuk Pentagram. Pentagram yang sebelumnya dikenal hanya sosok Deddy Corbuzier, kemudian dikenal lebih luas di kalangan pesulap, lengkap sebagai tim manajemen.

Bersama Oge Arthemus dan Decky San, Bow tampil rutin di acara TV “Memang Sulap Memang Sihir” tahun 2003. Setelah syuting 13 episode, Bow mulai berpikir untuk lebih serius di sulap. Inilah titik balik bagi hidup Bow. Ia membulatkan tekad untuk terjun di dunia sulap sebagai profesinya. Sejak itu kuliahnya mulai banyak absen. Gelar sarjananya baru ia raih tahun 2010, sepuluh tahun sejak ia tercatat sebagai mahasiswa tahun 2000.
Bow Vernon,pemecah rekor Guinness Book of Record 70jam nonstop main sulap. Foto: dok.pribadi
Berbagai reaksi bisa bermunculan saat Bow Vernon beraksi,
mulai dari yang tertawa, terheran-heran atau kebingunan
Tahun 2004 bersama rekan pesulapnya di “Memang Sulap Memang Sihir” tampil di Mal Citos (Cilandak Town Square) memecahkan rekor main sulap nonstop 70 jam dalam acara penggalangan dana untuk korban Tsunami Aceh. Pertunjukan mereka tercatat di Guiness Book of Record. Bagi Bow ini adalah pengalaman luar biasa, di sini kerjasama antarketiga pesulap ditambah dukungan spontan dari 5 pesulap lainnya sangat besar. Mereka yang mendukung di sisi panggung ikut memperhatikan permainan mereka bertiga dan langsung memberi ide permainan secara spontan. Tenaga dan pikiran mereka bertiga benar-benar terkuras karena mereka hanya boleh istirahat ke kamar kecil selama 7 menit.

Tahun 2007 akhir Pentagram dibubarkan karena masalah internal. Bersama Oge, Decky, Farou dan Marsya Matilda mereka coba tampil mandiri. Mereka merancang konsep acara sulap, yang mereka jual ke PH Avant Garde. Mereka tampil di acara “Magic and Trick”-nya ANTV tahun 2008. Konsep acara sulap mereka mengenalkan sulap sebagai hal biasa, menghilangkan sesuatu dan memunculkan sesuatu. Selesai tayang acara Magic and Trick, Decky berhenti dan kerja kantoran sedangkan Marsya berhenti karena hamil dan melahirkan. Akhirnya Oge, Bow dan Farou membentuk tim baru dengan nama Trilogy.

Bow tidak mengingkari bahwa di kalangan para pesulap memang ada semacam kelompok-kelompok yang terkesan eksklusif. Lebih parah lagi, diantara pesulap ada juga yang “mencuri” trik atau “banting-bantingan” harga karena trik sulap banyak kemiripan. Hanya pesulap-pesulap tertentu saja yang punya ciri khas atau spesialisasi. Menurut Bow, kondisi ini sebetulnya merugikan pesulap, terutama berkaitan dengan profesi. Sulap jadi sulit berkembang, sulit menjadikan sulap memiliki posisi setara dengan seniman pertunjukan seperti misalnya musik. Pertunjukan sulap seringkali kalah menarik dibandingkan dengan musik, terutama untuk acara-acara internal perusahaan seperti gala dinner, atau gathering.

Bersama Oge, Bow menggagas “Open Stage”. Di event ini mereka mengundang 7 pesulap untuk tampil. Mereka menyebut penampil sebagai “line-up”, jadi bukan adu hebat-hebatan. Tujuannya adalah menjadikan Open Stage sebagai salah satu media untuk menjual diri dengan keahlian sulapnya, tanpa harus melalui kelompok atau agen.
Bow Vernon, the master Foto: dok.pribadi
Bow Vernon bersama rekan-rekannya di Trilogy Production
Diawal-awal responnya sangat sedikit, cuma sekitar 50-an pesulap yang mau hadir. Adanya Stand up Comedy yang mulai nge-trend secara tidak langsung membantu meningkatnya respon para pesulap yang hadir ke event Open Stage.
Event yang diadakan sebulan sekali ini tempatnya berpindah-pindah, biasanya di kafe. Melalui event ini Bow ingin juga mengedukasi masyarakat dan pesulap juga agar bisa menghargai seni sulap dengan pantas. Bow heran ada pesulap yang mau dibayar Rp 50 ribu untuk main dari jam 2 siang sampai jam 7 malam setiap hari selama 1 bulan penuh. “Sulap itu alatnya mahal dan belajarnya lama, kalo kita mau dibayar murah, itu artinya kita sendiri nggak menghargai seni ini,” paparnya saat bercerita kepada Tembi dengan nada geram.

Dalam event ini, mereka juga mengundang pesulap-pesulap senior dan produser-produser acara sulap di TV untuk berbagi pengalaman yang membangun karier. Dalam event ini ditemukan ada banyak pesulap yang hanya tahu trik tapi tidak tahu bagaimana tampil menarik.

Niat baik belum tentu dilihat memang baik, masih saja ada yang menganggap Open Stage sebagai bisnisnya Bow dan Oge. Banyak yang berpikir Bow dan Oge dibayar oleh pemilik kafe. “Padahal kalau boleh jujur, sebetulnya gue dan Oge seringkali nombok, biasanya kita keluar duit karena mbayarin minuman pesulap yang minumannya lupa dibayar,” ungkap Bow sambil tersenyum kecut. 

Bow tidak pernah takut berbagi kepada sesama pesulap, “Buat gue, kalo kita berbagi sesuatu, kita pasti akan dapat sesuatu juga”.
Temen nan yuk ..!

Source:  http://www.tembi.net

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites