Rabu, 25 Agustus 2010

Teleportasi, Antara Misteri dan Rumit


Teleportasi menghias sejarah di beberapa tempat di dunia. Yang paling terkenal, teleportasi Manila-Mexico City yang dilakukan perwira penjaga gubernur, Gil Perez, pada 24 Oktober 1593. Kesaksian banyak orang mendukung fakta bahwa Perez muncul mendadak di Mexico City. Nyaris dihukum mati oleh pengadilan gereja setempat karena dianggap setan, Perez akhirnya kembali ke negerinya, Filipina.

Di Indonesia, cerita tentang kesaktian kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) pernah dimuat Majalah Tempo edisi Maret 1992, di antaranya tentang Hamim Djazuli (almarhum) yang akrab dipanggil Gus Mik. Pernah suatu Jumat, Gus Mik menghilang. Beberapa jam kemudian, setelah salat Jumat selesai, ia muncul dengan buah kurma yang batangnya masih bergetah. "Dari mana kurma itu kalau bukan dari tanah suci," kata seorang santrinya.

Teleportasi memang sukar dijelaskan dan dipahami, bahkan untuk versi yang dikerjakan para peneliti di laboratorium sekalipun. Tim dari Universitas Innsbruck dan Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST), misalnya, menangkap informasi esensial mengenai sesuatu--dalam "kondisi kuantum"--untuk kemudian menciptakannya kembali di tempat lain.

Begini kira-kira lompatan kuantum yang mereka kerjakan.

  1. Teleportasi, katakanlah sebuah elektron A, dimulai ketika ia mencantol pada sepasang elektron lain di tempat berbeda.
  2. Selebihnya, elektron A dan satu anggota pasangan elektron, sebut saja elektron B, berinteraksi satu sama lain dalam proses fisika kuantum yang para ilmuwan pun belum mampu menjelaskannya dengan gamblang.
  3. Setelah itu, harus ada pengukuran kondisi kuantum dari elektron yang kita inginkan berpindah, dalam hal ini A, dan mengirimnya dengan sinyal ke tempat tujuan dengan bantuan elektron B.
  4. Elektron A yang ingin dipindahkan menghilang atau berganti "properti kuantum". Elektron B berperan menciptakan kembali elektron pertama dalam properti kuantum elektron C dan blip! teleportasi terjadi.
  5. Dalam proses teleportasi yang ideal, partikel asli dihancurkan dan dipindahkan ke partikel lain di tempat yang berbeda. Masalahnya, proses transfer sering kali terjadi tidak bulat 100 persen. Kalau ini yang terjadi, prosesnya disebut telecloning.

Sumber : Koran Tempo

0 komentar:

Posting Komentar

tulis komentarnya yah...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites